Speech Delay Pada Anak & Penanganannya

 

Speech Delay Pada Anak & Penanganannya

Keterlambatan bicara atau gangguan bicara maupun berbahasa merupakan suatu indikator dari perkembangan anak meliputi respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya. Keterlambatan bicara merupakan suatu kondisi yang sering terjadi pada anak-anak yang mana terlambat memiliki kemampuan penilaian bahasa maupun memproduksi suara dengan jelas dibandingkan anak dengan usia yang sama. Keterlambatan bicara akan membandingkan anak perkembangan dengan teman sebaya dari populasi usia yang sama. Beberapa perkembangan lain yang dapat diukur adalah perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif dan kinerja, sosial, psikologis, seksual, dan aktivitas hidup sehari-hari (ADL).

 Menurut Nelson (dalam Safitri, 2017), penelitian di Amerika Serikat melaporkan jumlah keterlambatan bicara dan bahasa pada anak umur 4,5 tahun, antara 5% sampai 8%. Di Indonesia prevalensi keterlambatan bicara pada anak prasekolah adalah antara 5%-10%. Keterlambatan bicara yang terjadi pada anak-anak meningkat dengan pesat seiring  waktu . Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa tingkat kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 2,3%-24%.

 Yang dapat dilakukan orang tua saat anak merasa depresi – Beranda Rakyat

 Perkembangan Anak

Keterlambatan bicara dan bahasa dialami oleh 5-8% anak usia prasekolah. Agar dapat mengetahui kapan seorang anak terlambat bicara, terlebih dahulu kita perlu mengenal tahapan perkembangan bicara normal.Berikut ringkasan perkembangan bicara anak dan tanda bahayanya:

  • 0-6 Bulan

Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat membuat suara-suara seperti aaa atau uuu  yang dikenal dengan istilah cooing. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara. Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.

           Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya papapapapa, dadadadada, bababababa, mamamamama. Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.

Tanda bahaya: tidak menoleh jika dipanggil namanya dari belakang, tidak ada babbling.

  • 6-12 Bulan

Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar seperti ya, tidak, habis. Saat babbling, ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Ia pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti.

Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan mama dan papa (atau istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya) dengan arti. Ia menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana (misal lihat itu, ayo sini). Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk, merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan tangan (dadah). Ia suka membeo, menirukan kata atau bunyi yang didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.

Tanda bahaya: Bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan, ekspresi wajah kurang pada usia 12 bulan.

  • 12-18 Bulan

Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah (Tolong ambilkan mainan itu). Kosakata anak bertambah dengan pesat; pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.

Tanda bahaya: tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan.

  • 18-24 Bulan

Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.

Tanda bahaya: Tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti pada usia 24 bulan.

  • 2-3 Tahun

Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah biasa menggunakan kalimat 2-3 kata - mendekati usia 3 tahun bahkan 3 kata atau lebih - dan mulai menggunakan kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak (misalnya Pok Ami-Ami).

 

  • 3-5 Tahun

Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan percakapan di sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat panjang (>4 kata) saat berbicara. Pada usia 4 tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang dialaminya.

Apabila terdapat salah satu tanda waspada di atas, bawalah anak Anda ke dokter anak. Secara umum, pada usia berapapun, bawalah anak ke dokter jika ia menunjukkan kemunduran dalam kemampuan berbicara atau kemampuan sosialnya .

 

Penyebab

Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran, retardasi mental, gangguan perilaku seperti autisme, dan kerusakan pada saraf otak misalnya Cerebral Palsy. Anak dengan retardasi mental menunjukkan keterlambatan bahasa menyeluruh, keterlambatan pemahaman pendengaran, dan keterlambatan motorik. Secara umum semakin parah keterbelakangan mental, semakin lambat kemampuan komunikasi bicaranya. Gangguan bicara pada autisme sangat bervariasi, mulai dari gangguan bahasa non-verbal yang sangat mencolok, ekolalia, bicara dengan bahasa yang aneh, sampai tidak dapat mempertahankan komunikasi untuk waktu yang lama. Gangguan di otak juga dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara, khususnya pada daerah oral motor. Adanya gangguan ini akan menyebabkan anak mengalami masalah dalam mengolah suara. Lalu, gangguan pada sistem neurologis juga sangat mungkin menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara.

 

Tatalaksana

Tatalaksana gangguan berbicara disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Tujuan dari remediasi bahasa  adalah mengajarkan strategi pada anak untuk memahami bahasa lisan dan menghasilkan perilaku linguistik yang sesuai. Pada anak dengan gangguan pendengaran, dapat diberi alat bantu pendengaran, latihan pendengaran, latihan membaca bibir dan miringotomi. Tujuan dari dilakukannya miringotomi adalah jika gangguan pendengaran terjadi disebabkan oleh penumpukan cairan kronis. Terkadang jika terdapat indikasi dapat dilakukan rekonstruksi saluran pendengaran eksternal, rekonstruksi tulang pendengaran dan implantasi koklea.

Terapi wicara adalah terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah bicara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara dan mengekspresikan bahasa. Selain bahasa verbal,terapi juga melatih bahasa nonverbal. Terapi wicara mengembangkan dua hal yaitu mengoptimalkan koordinasi mulut agar dapat bersuara untuk menghasilkan kata-kata dna yang kedua adalah mengembangkan pemahaman berbahasa dan upaya mengekspresikan bahasa.

Pada autisme, terapi yang dapat diberikan adalah terapi wicara dan  terapi sensori integrasi. Terapi sensori integrasi adalah proses neurological yang mengorganisasikan sensori dari tubuh seseorang dan dari lingkungan. Pengorganisasian ini akan memungkinkan tubuh merespon lingkungannya secara efektif. Terapi ini juga mengintegrasikan informasi sensori yang akan digunakan melalui sensori (sentuhan, penglihatan, pengecapan, pendengaran, keseimbangan dan gravitasi), memori dan pengetahuan.

Selain yang disebabkan dari hal diatas, hal yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah rajin mengajak anak berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan rajin berbicara dengan anak sejak masa bayi seperti menyebutkan nama benda, tempat, perasaan. Membaca cerita untuk anak juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kosakata anak. Bayi dan anak kecil biasanya tertarik dengan cerita bersajak.

 

Safitri, Y.2017.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Bahasa Balita di UPTD Kesehatan Baserah Tahun 2016. Jurnal Obsesi 2017 1(2) 2-3. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai:Riau DOI: 10.31004/obsesi.v1i2.35

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Keterlambatan Bicara. [online] Available at: <https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara> [Accessed 28 March 2022].

Kementrian Kesehatan RI.2016.Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi dini Tumbuh Kembang Anak.Kemenkes RI:Jakarta. hal 6 dan 10

 

Khan,israr; Lenethal,Bennett.Developmental delay.2022.Statpearl publishing. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562231/#!po=98.4848 pada 28 maret 2022

McLaughlin MR. Speech and language delay in children. Am Fam Physician. 2011 May 15;83(10):1183-8. PMID: 21568252.

Mondal N, Bhat B, Plakkal N, Thulasingam M, Ajayan P, Rudhan R. Prevalence and risk factors of speech and language delay in children less than three years of age. J Compr Ped 2016;7:e33173.

Scices,Laura;Augustyn,Marilyn.Expressive languague delay (“late talking”) in young children.2022.diakses dari uptodate https://www.uptodate.com/contents/expressive-language-delay-late-talking-in-young-children?search=speech%20delay%20children&source=search_result&selectedTitle=1~104&usage_type=default&display_rank=1#H19048035 pada 28 maret 2022

 

Disusun oleh: Amelita Rosalina,  Rudolf Lintantyo Gultom, Noviani Mandasari ( FK UKDW)

Reviewer: dr. Devie Kristiani, M.Sc, Sp.A (K)

Comments

Popular posts from this blog

Akar Masalah Speech Delay

Speech Delay: Gejala dan Solusinya